Sabtu, 08 September 2018

Pejuang Lima Waktu

"Allahu Akbar Allahu Akbar..."

Lantunan adzan membangunkanku dari tidur panjang sepanjang malam, bersamaan dengan dering alarm yang menyela gemericik gerimis air di Bandung pagi itu. Kubuka mata perlahan. Kulihat sekeliling kamar yang cukup gelap karena hanya diterangi oleh sinar lampu tidur berwarna kuning. Sesekali aku memejamkan mata lagi. Dingin, seolah seluruh anggota tubuh ini telah membeku, sehingga mereka menolak untuk bergerak. Bahkan untuk membuka selimut saja terasa berat, apalagi mengangkat seonggok tubuh ini untuk mengambil air wudhu dan menunaikan kewajiban pagi itu.

"5 menit lagi ya Mal", kataku pada diri sendiri, sambil kemudian memejamkan mata kembali.

Hal ini berlangsung tidak hanya pada waktu Subuh, namun juga di waktu-waktu yang lain.

Misalnya, pada suatu sore di hari Rabu. Jadwal praktikum hari itu memang tidak tanggung-tanggung. Mulai jam 9 pagi, dan baru berakhir pukul 5 sore. Setelah semua run percobaan selesai, aku dengan tergesa mengemasi barang-barang, dan segera berlari menuju mushola di lantai 3. Antrian wudhu berderet panjang. Bahkan belasan menit setelah salam, adzan Maghrib mulai berkumandang. Astaghfirullahal 'adzim. 

Terkadang, kegiatan rapat di kampus pun menabrak waktu Isya' dan baru selesai tengah malam, sehingga dengan mudah aku memaafkan diri sendiri. Lagipula rentang waktu Isya' cukup panjang, begitu pikirku waktu itu.

Namun, tetap saja aku gelisah. Sudah shalat ditunda-tunda, dijalankan di akhir waktu, bahkan seringkali dilaksanakan munfarid. Terlebih anak kos sepertiku, rasanya sudah biasa shalat sendiri-sendiri, di kamar masing-masing. Padahal shalat di awal waktu dan berjamaah sangat besar keutamaannya.

Kata orang bijak, sampaikan gelisahmu bukan pada manusia, tapi kepada Allah Yang Maha Mendengar. Sampaikan keluh kesahmu pada-Nya, karena itulah jalan keluar terbaik yang pernah ada. Karena aku tidak pandai berdoa menggunakan bahasa arab, kusampaikan cerita dan panjatan doaku dengan bahasa lugas dan apa adanya.

Hingga suatu hari yang mendung, sekelompok teman kos, bernama Kak Dita, kak Laili, dan kak Kamila, tiba-tiba mengatakan suatu hal terkait kegelisahanku.

"Mal, kalau mau shalat jamaah, langsung ke kamar Kak Dita aja ya."

Ini benar-benar jawaban doa yang tidak pernah kusangka-sangka sebelumnya. MasyaaAllah.

"Oke! Nanti kita gantian jadi imam ya, Kak!", kataku mantap dan bersemangat.

Ya, itulah permulaan cerita kami. Paling tidak, sejak saat itu, aku bisa shalat Subuh, Maghrib, dan Isya' secara berjamaah, meskipun terkadang kami masih beberapa kali menundanya.

Berbagai alasan seperti: "10 menit lagi ya, Mal! Aku masih ngerjain tugas, nanggung nih", "Kak, aku makan bentar ya hehe", atau "Maafin baru bangun". Saat itu, kami masih bisa memaklumi.

Namun, ternyata kejutan Allah tidak berakhir di situ. Seseorang di lantai 1, bernama Kak Hilma, menghampiriku di Minggu pagi setelah aku selesai berbelanja sayur mayur dan buah-buahan di Pasar Simpang Dago.

"Malikah, aku sering denger kalian shalat berjama'ah. Ajakin aku juga dong, aku kan juga pengen dapet pahala banyak kayak kalian".

Aku senang sekali mendengarnya. Namun, kamar Kak Dita hanya cukup untuk membuat satu shaf sebanyak 4 orang, karena terhalang oleh lemari dan kasur yang cukup besar. Tidak ada ruang lagi di kamar ini.

Setelah cukup lama berpikir dan mengeksplor ruangan kosan yang sekiranya bisa dijadikan mushola, akhirnya kami mendapati ruangan TV yang kira-kira cukup untuk melaksanakan shalat sebanyak 8 orang.

Suara imam shalat terdengar hingga seluruh penjuru kosan. Tak heran, terkadang satu hingga tiga orang teman lainnya tiba-tiba ikut bergabung. Alhamdulillah jama'ah semakin ramai setiap harinya. 
Setelah berbincang satu sama lain, ternyata keinginan untuk shalat berjama'ah sudah ada sejak lama. Namun, karena tidak ada yang memulai sebelumnya, jadilah keinginan hanya menjadi keinginan belaka selama-lamanya, sampai akhirnya kami dipertemukan di ruangan mungil ini, dalam rangka merealisasi keinginan yang tadinya terpendam di lubuk hati terdalam.

Sama seperti sebelumnya, kami masih belum istiqamah. Masih perlu menghubungi via whatsapp supaya shalat berjamaah bisa dilaksanakan. Pertanyaan seperti: Ada yang mau shalat jamaah?; menjadi pertanyaan rutin kami setiap harinya. Jika tidak ada jawaban, maka dengan terpaksa kulaksanakan shalat sendirian.

Aku percaya, istiqamah itu butuh proses. Dan benar saja, shalat jama'ah yang tadinya masih terkadang ada dan terkadang tidak, lambat laun makin meyakinkan. Hanya dengan gaungan adzan di udara, tanpa harus memanggil-manggil di grup kos, dengan sendirinya masing-masing kami melangkahkan kaki menuju mushola. Bahkan saat itu, ada seorang volunteer yang menawarkan diri untuk menjadi relawan pejuang ketukan pintu di sepertiga malam, bagi mereka yang ingin melaksanakan shalat sunnah tahajjud. Terlebih, setiap Senin dan Kamis, ada ketukan pintu lebih pagi, bagi mereka yang ingin bergabung makan sahur bersama. Suara air mendidih serta gesekan wajan menjadi suasana dapur yang khas setiap Senin Kamis.

"Eh, gimana kalau yang jadi imam yang terakhir dateng ke mushola?", kata seseorang di tengah-tengah suasana sahur bersama.

"Boleh tuh, biar nggak pada nunda-nunda juga kan..."

Dan ya, kami mencoba metode ini. Awalnya cukup gagal, karena diam-diam kami saling mengintip dari balik jendela setiap waktu shalat datang.

"Wah kayaknya aku terakhir nih. Yaudah deh shalat sendirian aja di kamar, daripada jadi imam", begitu pemikiran masing-masing dari kami. Rupanya hukuman menjadi imam sukses menakut-nakuti.

Alhasil, satu hingga dua orang yang biasanya ada, tiba-tiba tiada kemunculannya di mushola. Namun ini tidak berlangsung lama. Kami mulai paham, bahwa urgensi shalat berjamaah cukup besar. Menjadi imam pun bukan suatu yang harus dipermasalahkan, justru di situlah kami belajar. Toh nantinya, jika suatu saat kita sudah berkeluarga, kita harus siap kapanpun menjadi imam shalat bagi anak-anak di kala suami tercinta harus menunaikannya di masjid.

Demi menghindari hukuman menjadi imam shalat, banyak yang memilih untuk berdiam diri di mushola di waktu pergantian Maghrib ke Isya'. Dan bahkan lucunya, ketika muadzin baru mengetuk microfon untuk mengetes suaranya, langkah kaki menuju mushola sudah ramai terdengar. Subuh yang tadinya tenang, kini menjadi suatu pagi yang ramai. Pun pada waktu Dzuhur hingga Isya'.

Tak jarang kami mengobrol singkat selepas shalat. Lagipula, salah satu dari kami ada seorang alumni Psikologi Unpad, sehingga curahan hati kami tersampaikan dan ditemukan solusinya. Kadang-kadang, obrolan kami disponsori oleh penghuni kos yang baru pulang dari kampung halaman dan membawa pempek asli Palembang, atau ia yang masaknya berlebih, sehingga butuh bantuan untuk menghabiskan. Alhamdulilah, rezeki Allah datang dari arah yang tidak disangka-sangka.

Yang lebih mengejutkan, ruangan TV kadang tidak mampu lagi menampung kami. Kami terpaksa ekspansi wilayah ke ruang tamu supaya semua orang bisa mendapatkan pahala jama'ah ini. Bahkan, ketika aku berkenalan dengan kakak-kakak S2 di organisasi Keluarga Mahasiswa Islam (KAMIL) Pascasarjana ITB, banyak yang sudah mengenal kosan ini.

"Oh, kos Rambutan, yang ada kegiatan shalat berjama'ahnya itu kan?"

"Oh, kosan yang penghuninya shalihah itu ya"

Wkwk, ada-ada saja.

Kalau kata Teh Dali yang merupakan lulusan Psikologi Unpad dan sudah menjadi penghuni tetap kosan sejak beliau kuliah dulu, "Kosan ini berada pada puncak kejayaan Islam. Dulu tuh, ruangan TV biasanya dipakai buat nonton film sampai malem, bahkan kadang-kadang ada yang ngajak cowo ke sini sampai larut. Pokoknya berisik dan nggak banget deh."

Alhamdulillah.

Semua dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, hingga akhirnya berproses menjadi besar. Sebagai calon lulusan Teknik Kimia yang notabene akan menjadi Insinyur Proses, aku jadi makin yakin bahwa tidak ada yang instan di dunia ini. Bahkan, mie instan masih perlu diproses untuk kemudian dikonsumsi. Sekiranya saat ini kamu berada pada titik, "Ih aku juga pengen shalat berjama'ah", coba deh mulai dari lingkaran-lingkaran kecil. Bismillah, insyaaAllah lingkaran itu akan semakin besar dan menjadi ukhuwah. Semangat!

Minggu, 02 September 2018

Ngafal Quran, Yuk!

Semburat cahaya jingga menembus kaca jendela kamar yang menghadap ke arah tenggara. Aku masih pada posisi yang sama, membolak balik mushaf warna ungu muda sambil sesekali memalingkan pandangan ke langit-langit kamar sembari menyenderkan kepala yang terasa berat.

"Hmm...", ucapku pelan.

Selanjutnya mulutku kembali komat kamit, namun sesekali tertegun, dikarenakan beberapa bagian yang tadinya sudah bertengger di isi kelapa, tiba-tiba lupa, hilang entah kemana. Ah, rasanya selalu begitu. Terkadang, banyaknya terlupa mengakibatkan semangat menghafal ayat-ayat Allah menjadi pudar, dan menjadikan hati penuh keraguan.

Aku ingat betul, sekitar 8 tahun yang lalu, aku punya keinginan besar untuk menjadi hafidzah 30 juz. Namun sayang, keinginan hanyalah menjadi keinginan tanpa ikhtiar dan tawwakal. Aku tidak seberuntung teman-teman yang mengenyam sekolah Islam, atau bahkan menjadi anak pesantren yang notabene bisa 24 jam dalam sehari berinteraksi dengan Al-Quran. Sejak sekolah dasar hingga kuliah, aku selalu ditempatkan di sekolah negri, dan memang berorientasi pada nilai-nilai akademik. Rasanya tidak pernah ada urgensi untuk menghafal. Ibu berkata, "Nduk, asalkan kita rutin tilawah dan mengamalkan isinya, insyaaAllah itu sudah lebih dari cukup."

Suatu hari, seorang teman menawarkan suatu proyek kecil-kecilan. "Mal, ngafal Quran yuk! Nanti kamu setor ke aku, trus aku setor ke kamu. Impas kan? Nanti kubuatkan buku mutaba'ahnya ya, satu hari satu halaman. Kita harus setor tiap selepas Isya'. Tiap Jumat kita muraja'ah ulang hafalan-hafalan selama seminggu ini. Oke?"

Aku mengangguk mantap. Semangatku membara waktu itu. Rasanya energi positif dalam tubuh meningkat, bahkan melebihi ambang batas. Menit dan jam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat, kini beralih menjadi waktu yang rasanya akan terbuang sia-sia tanpa menghafal. Minggu pertama sukses!

Hingga akhirnya, keistiqamahan kami diuji dengan badai ujian, praktikum, seminar, hingga beberapa kali harus tumbang karna jam tidur yang semakin semrawut dan istirahat yang tidak pernah cukup. Tiap hari rasanya kantong mata tumbuh semakin besar dan menghitam. Hidup ini sungguh keji. Aku yang masih belasan tahun, mulai merasakan encok, pegal linu, atau keram kaki beberapa kali karna terlalu banyak jalan kaki di dalam kampus. Rasanya sudah cukup tua. Untung ada track lari Saraga yang selalu berhasil menyelamatkan masa muda dari penuaan dini ini.

Kuketuk pintunya. "Assalamu'alaykum Kak, hari ini mau setor nggak?", tanyaku pelan.

"Wa'alaykumussalam. Mal, nggak dulu ya. Aku besok mau ujian, lagian hari ini juga belum sempet ngafal nih", jawabnya singkat.

Target yang tadinya sehari satu halaman, kini mulai berkurang menjadi sehari setengah halaman, sehari seperempat halaman, sehari seayat, atau parahnya, sehari tanpa ayat. Miris. Susah betul ternyata istiqamah di sela-sela kuliah. Kami pun mulai terbiasa memaafkan diri untuk tidak saling setor, karna beban kuliah yang terasa semakin berat. Astaghfirullah.

Hingga akhirnya, teman lain menawarkan program sekolah tahfidz Quran atau yang dikenal dengan nama Dauroh Quran, untuk mengisi waktu selama liburan. Ada banyak pilihan, mulai dari Solo, Kendal, Kuningan, Depok, hingga Jakarta. Setelah menimbang beberapa hal, akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar program menghafal 1 bulan di Kendal, yaitu di Yayasan Ahlul Quran Al-Islamy. Program yang dijalankan adalah mampu menghafal 15 juz dalam sebulan, atau dengan kata lain khatam dalam 2 bulan.

Jiwaku mantap. Sudah tidak sabar merasakan debut menjadi anak pesantren selama 19 tahun hidup di alam semesta. Terbayang bagaimana rasanya hati yang tentram dan sejuk karna dekat dengan Al-Quran. Terlebih dikelilingi oleh saudara shalihah yang semakin mendobrak semangat untuk mencintai ayat-ayat Allah. Senyumku lebar saat Ayah, Ibu, dan kedua kakakku mengantar hingga ma'had. Pun ketika mereka meninggalkanku dengan lambaian dari balik jendela mobil dan klakson tanda selamat tinggal, aku masih tersenyum lebar. Bahkan langkah kakiku menuju kamar meyakinkan dan sesekali berayun tanda kebahagiaan sudah di depan mata.

Aku bertemu dengan teman-teman dari seluruh penjuru, mulai dari Aceh, Bontang, Jogja, Semarang, Ngawi, hingga masyarakat lokal dari Kendal yang rumahnya hanya beberapa meter dari tempat kami menginap. Usianya pun beragam, mulai dari anak SD kelas 3, hingga seorang Ibu yang kira-kira sudah berkepala empat. 

Hari pertama kami mulai dengan perkenalan diri. Awalnya biasa saja, hingga tiba pada pertanyaan, "Malikah dari pesantren mana?".

"Hehe, belum pernah pesantren sih", jawabku sedikit canggung.

"Oh, tapi udah punya hafalan ya?"

"Umm sedikit"

"Ah aku juga sedikit kok"

"Oh ya? Berapa?"

"Baru 20 juz, hehe", jawabnya singkat dan polos.

Deg. Aku tertegun. 20 juz itu sedikit ya ternyata. Aku mengira definisi sedikit adalah baru 5 juz, 4 juz, 3 juz, 2 juz, atau paling tidak juz amma. Dan keterkejutanku makin bertambah, karna ternyata pertanyaan "dari pesantren mana?" dan "hafal berapa juz?" sudah menjadi pertanyaan wajib yang pasti akan terlontar. Seperti sudah template berkenalan. Dan rata-rata dari mereka mengucapkan bahwa hafalannya baru sedikit. Ya, sedikit, yaitu pada rentang 10-20 juz. Semangatku sedikit terkikis.

Kami tidak diperbolehkan untuk langsung menghafal. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dijalankan setiap peserta. Yang pertama adalah khatam tilawah Quran dalam 1 hari, dan yang kedua adalah menyetor terjemah Al-Baqarah dalam kurun waktu maksimal 4 hari. Untuk syarat pertama, tidak begitu ada masalah, karna kebetulan sekali, aku satu kamar dengan orang-orang ambisius yang pada akhirnya memaksaku untuk mengikuti flow semangat mereka. Di saat yang lain tidur siang atau berbincang sebentar, kami tidak sempat melakukannya. Kami terus tilawah dan alhamdulillah dapat selesai tepat waktu. Pun pada syarat kedua, kami bisa melaluinya dengan lancar dan sukses.

Setelahnya, kami diperbolehkan untuk mulai menghafal. Duhai, senangnya! Ini adalah waktu yang sudah kami tunggu-tunggu kedatangannya. Di dauroh ini, terdapat 5 kali halaqah, dengan durasi per halaqah adalah 2 jam, sehingga total dalam sehari adalah 10 jam menghafal Quran. Targetnya pun tak tanggung-tanggung, yaitu 1 hari menghafal 1/2 juz, atau sekitar 5 lembar mushaf.

Hari pertama menghafal, aku mulai merasakan gejolak dan kesulitan. Karena sebelumnya, belum pernah rasanya menghafal 1 halaman Quran selama 1 jam. Biasanya saja 1 halaman dihafal dalam waktu sehari, itu pun keistiqamahannya diragukan.

Di halaman pertama, bulir-bulir air mata mulai menggenang dan siap untuk terjun bebas ke pipi dan kemudian mulai membasahi kerudung serta mushaf. Mushaf yang tadinya kering, kini menjadi basah dan lembek, sehingga mudah robek di sana sini. Waktu 2 jam yang seharusnya digunakan untuk menyetorkan hafalan, sekarang hanya bisa kuisi dengan tangisan sendu dan jiwa yang ragu. Yuwaswisufii sudurinnas. Aku mulai menanyai hati, kenapa harus datang ke sini. Padahal aku bisa mengisi hari libur dengan hal-hal yang lebih menyenangkan bersama teman lama atau keluarga tercinta. Semangatku habis, tak bersisa.

Selama program hafalan, haram hukumnya menggunakan HP. Kami hanya diberikan kesempatan untuk bermain HP setiap hari Jumat, pukul 8 pagi hingga 3 sore.

Waktu itu hari Senin. Tangisku tak bisa dibendung. Aku ingin pulang. Kuketuk kamar ustadzah. "Afwan Ust, boleh nggak kalau saya pinjem HP, sebentar aja. Mau telfon Ibu sebentar", ucapku dengan mata yang bengkak cukup besar.

"Ini kan baru hari Senin. Tunggu hari Jumat ya", jawabnya singkat.

Aku terdiam. Tidak ada kata-kata yang bisa terucap. Yang ada hanyalah air mata yang semakin mengucur deras.

"Kenapa? Kesulitan menghafal ya?", tanya seorang ustadzah.

Aku masih bungkam. Air mata dan sesenggukan pelan rasanya sudah menjawab semuanya, tanpa harus mengucapkan sepatah kata.

Beliau memberikan beberapa nasehat menghafal Quran, dan menceritakan bahwa beliau pun pernah mengalami hal-hal seperti ini. Ini adalah tahap awal, batu loncatan terbaik menuju menghafal dalam makna harfiah. Jangan ragu untuk menangis, karena menangis itu melembutkan hati. Mungkin saja kesulitan itu datang karena ada dosa yang belum termaafkan, kepada Ibu, Ayah, saudara, atau teman. Bisa juga karena selama ini Al-Quran belum menjadi prioritas utama, terkalahkan oleh hal-hal duniawi, misalnya gadget. Atau bisa juga disebabkan oleh terlalu sayangnya Allah terhadap kita, sehingga Allah turunkan kesulitan dalam menghafal supaya kita semakin intensif berinteraksi dengan Al-Quran. Yakan? Dan juga supaya kita semakin rajin istighfar untuk mencurigai diri yang sudah barang tentu terlampau sering menyumbang dosa di catatan amalan harian. Na'udzubillahimindzalik.

Tangisku agak mereda. Baterai semangat mulai terisi sedikit demi sedikit. Jika ditunjukkan prosentasenya, mungkin sudah sekitar 25%. Alhamdulillah. Aku segera pamit dari ruangan beliau.

Pintaku selalu sama. Kuatkanlah dan mudahkanlah. Beberapa hari kemudian, Allah menjawab doa bagian "kuatkanlah" ini. Berdatangan beberapa peserta dauroh yang baru. Kami berkenalan singkat. Dan qadarullah, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang dengan latar belakang yang sama denganku. Yaitu tidak pernah mengenyam sekolah Islam, dan hafalan yang masih sedikit. Tentu saja sedikit dalam makna sesungguhnya. Semangatku mulai bertambah lagi. Terkadang, dipertemukan dengan orang-orang seperjuangan memang akan menguatkan jiwa. Tidak perlu merasa diri seperti remah-remah lagi. PD aja!

Untuk doa bagian "mudahkanlah", Allah pun tak lama-lama mengabulkannya. Seorang ustadzah tiba-tiba menghampiriku sambil menyodorkan Al-Quran terjemah per kata miliknya. "InsyaaAllah ini bisa membantu. Dulu ustadzah pakai ini juga".

Sedangkan ustadzah yang lain menuturkan, "Kalau Malikah kesulitan, boleh setor satu kali duduk setengah halaman aja, nggak harus satu halaman. Bismillah dikit-dikit, insyaaAllah lama-lama terbiasa kok". 

"Oh ya, kalau misal masih kesulitan, boleh juga memisahkan diri ketika menghafal. Pasti nggak fokus ya denger yang lain ngafalin juga", tambahnya kemudian.

Benar saja, aku selalu menghafal di tepi kolam lele, yang letaknya sekitar 8 meter dari teman-teman lain. Suasananya syahdu, sehingga lebih mudah untuk mengaitkan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain.

Dan ya, alhamdulillah semuanya dimudahkan hingga hari terakhir. Tangis berubah menjadi senyum dan canda tawa. Bahkan, di sana kami belajar memanah setiap sore, berdiskusi singkat terkait Islam, serta berbagi cerita masing-masing di sela-sela sebelum tidur. Banyak ilmu dan pengalaman yang aku dapat dari mereka. Rasanya sudah seperti keluarga sendiri.

MasyaaAllah. Allah memang teramat baik ya!

Sabtu, 4 Agustus 2018, aku pamit pulang. Ketika Ayah dan Ibu sampai di gerbang ma'had, aku langsung memeluknya erat, seperti anak kecil yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu orang tuanya. Seketika aku menangis sesenggukan. Mereka tertawa. Ah, aku tidak pernah serindu ini sebelumnya.

Pulang, bukan berarti berhenti untuk menghafal. Ini adalah awal dari semuanya. Justru di sinilah tantangan terberatnya. Muraja'ah!

Seorang teman berpesan, "Karena menghafal Quran adalah pilihan, maka muraja'ah adalah konsekuensi seumur hidup"

Yuk ngafal!

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

"Bacalah Al Quran, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa'at bagi shahibul Quran" (Hadist Riwayat Muslim)



Jumat, 26 Agustus 2016

PPAB Himatek ITB 2016 Day 4

PPAB Himatek ITB 2016 hari keempat dilaksanakan pada hari Kamis, 11 Agustus 2016. Awalnya para peserta diminta untuk berkumpul di selasar TVST pada pukul 7.00 WIB dengan konsiai spek seperti namezene, pita medik, slayer id angkatan, serta jaket angkatan beserta hoodienya telah dipakai oleh seluruh peserta. Kemudian kami dimobilisasi ke halaman depan Lab Pilot Labtek X dan diminta membuat 20 banjar dengan wanita di depan dan Danlap Rizka sebagai pusatnya. Dalam membentuk barisan ini, angkatan kami membutuhkan waktu hingga mencapai kurang lebih 230 hitungan. Angka ini tentu sangat jauh dari janji kami sebelumnya yang menawarkan 180 hitungan untuk membentuk barisan PPAB tersebut. Danlap sangat kecewa dan mencoba mengecek performa kami supaya lebih memuaskan. Kami idiminta membuat barisan 22 banjar dengan wanita di depan dan Danlap Rizka sebagai pusatnya. Namun yang terjadi adalah performa kami semakin buruk, peserta lambat dalam PBB dan tidak sigap, sehingga membutuhkan hingga 340 hitungan untuk membentuk barisan tersebut. Hal ini sungguh sangat mengecewakan seluruh panitia PPAB mengingat pada hari sebelumnya kami sudah menunjukkan progress yang terbilang cukup baik, justru pada interaksi kali ini peningkatan tersebut seakan hilang entah kemana.

Kemudian panitia meminta peserta yang tidak membawa spek lengkap untuk berdiri. Pada saat itu ada dua orang yang ditunjuk oleh Danlap, diantaranya Alwyn yang belum memberi nama pada bolpoin, serta ada juga Aga yang tidak mengenakan spek pita medik karena jatuh saat perjalanan ke ITB menaiki sepeda motor. Lagi-lagi hal ini sangat buruk bagi angkatan kami karena kesalahan spek yang terjadi adalah kesalahan-kesalahan sepele yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Namun panitia juga tetap mengapresiasi angkatan kami karena jumlah peserta yang mengalami kesalahan spek berkurang cukup signifikan.

Pada PPAB kali ini jumlah yang hadir menurut konfirmasi adalah 122 peserta. Namun ternyata jumlah yang hadir hanyalah 111 peserta di barisan ditambah lagi dengan 6 peserta lain yang berada di pos medik. Jumlah ini berkurang dari interaksi sebelumnya yang mampu mendatangkan 125 peserta. Angka kehadiran hari ini juga jauh dari angka yang telah kita janjikan yaitu 145 peserta.. Karena itulah kami siap menerima konsekuensi yang telah kami tawarkan sebelumnya bahwa jika kami tidak dapat mendatangkan 145 peserta, maka kita siap menanggung konsekuensi latihan fisik. Setelah itu kami melakukan cek spek untuk melatih kedisiplinan peserta dalam membawa spek-spek kegiatan pada rangkaian PPAB Himatek 2016.

Setelah cek spek selesai, kami baris sesuai dengan kelompok mentoring masing-masing. Hari ini panitia mengadakan Amazing Race agar peserta mengenali lebih lanjut nahkoda-nahkoda yang telah berlayar mengarungi kehidupan Himatek. Di kegiatan ini kami akan menuju ke setiap pos yang akan menjelaskan tentang bagian dari organisasi Himatek.

POS 1 (Divisi Olahraga dan Komunitas)
- Berada di bawah naungan Departemen Internal dengan Ketua Departemen Internal bernama Kak  Amsalia Florence B
- Ketua Divisi Orkom : Kak Henry
- Proker : 1. Himatek Berkeringat
                2. Himatek Berlatih
                3. Himatek Berkomunitas
                4. Himatek Bermusik
                5. Home Turnament

POS 2 (Divisi Kekeluargaan)
- Berada di bawah naungan Departemen Internal dengan Ketua Departemen Internal bernama Kak  Amsalia Florence B
- Ketua Divisi Kekeluargaan : Kak Ivan Ramli (13013108)
- Wakil Ketua Divisi Kekeluargaan : Kak Ivan Ruben Hermawan
- Proker : 1. Ucapan ulang tahun
                2. Syukwis
                3. Tujuh belasan
                4. Dies Himatek (Setiap 26 September)
                5. Himatek Warrior
                6. Foto database
                7. Apresiasi
                8. Kalender Ultah
                9. Himatek Jalinan Kasih
              10. Keakraban dan Kekeluargaan

POS 3 (Divisi Akademik)
- Berada di bawah naungan Departemen Internal dengan Ketua Departemen Internal bernama Kak  Amsalia Florence B
- Ketua Divisi Akademik : Kak Andre (13013080)
- Wakil Ketua Divisi Akademik : Kak Wadatun (13013055)
- Proker : 1. Perpustakaan Virtual DivA
                2. Info beasiswa
                3. Yuk bantu teman kita!
                4. Yuk belajar bersama teman!
                5. Training software
                6. Sharing subjur, labtek, kp
                7. Bundel Prosol
                8. Bundel Kompre

POS 4 (Divisi Keprofesian)
- Berada di bawah naungan Departemen Pengembangan Potensi dan Karya (PPK) dengan Ketua Departemen PKK bernama Kak  Fandhy (13013030)
- Ketua Divisi Keprofesian : Kak Ayu Rizki
- Wakil Ketua Divisi Keprofesian : Kak Vania
- Proker : 1. Ngopi (Ngobrol dan Berpikir)
                2. Himatek Singgah
                3. Himatek Workshop
                4. Himatek Berkarier
                5. Buletin Himatek
                6. Himatek Review

POS 5 (Divisi Kewirausahaan)
- Berada di bawah naungan Departemen Pengembangan Potensi dan Karya (PPK) dengan Ketua Departemen PKK bernama Kak  Fandhy (13013030)
- Ketua Divisi Kewirausahaan : Kak Ferdhy (13013067)
- Wakil Ketua Divisi Kewirausahaan : Kak Firanza Fadhila (13013027)
- Tujuan : 1. Meningkan jiwa kewirausahaan kepada anggota Himatek
                 2. Fundraising
- Proker : 1. Merchandise
                2. Panas Himatek
                3. Warung Himatek
                4. Lapak 75 tahun Pendidikan Teknik Kimia
                5. Seminar
                6. Momentum
                7. Badan Usaha Himatek ; Himatek Nyabun

POS 6 (Divisi Comdev)
- Berada di bawah naungan Departemen Pengmas dengan Ketua Departemen Pengmas bernama Kak  Dani Febrianto (13013036)
- Ketua Divisi Comdev : Kak Fitri Galih P (13013079)
- Wakil Ketua Divisi Comdev : Kak Leo (13013101)
- Proker : 1. Pemasangan peralatan reaktor biogas
                2. Produksi pupuk kascing
                3. Blueprint Desa Ciporeat
                4. Belajar reaktor biogas bersama Pak Wiji
                5. Belajar sari biogas di Desa Areng
                6. Main event Comdev
                7. Dokumentasi Comdev

POS 7 (Divisi Comvice)
- Berada di bawah naungan Departemen Pengmas dengan Ketua DepartemenPengmas bernama Kak  Dani Febrianto (13013036)
- Ketua Divisi Comvice : Kak M Sufianto (13013110)
- Wakil Ketua Divisi Comvice : Kak Stella
- Fungsi : 1. Menumbuhkan kesadaran anggota Himatek terhadap permasalahan di sekitar
                2. Menyalurkan bantuan ke pihak-pihak yang membutuhkan
                3. Ujung tombak pengabdian masyarakat
- Proker : 1. Himatek Berbagi
                2. Amplop Tanggap Bencana
                3. Comserv
                4. Reminder Himatek
          
POS 8 (Divisi EkstraKampus)
- Berada di bawah naungan Departemen Eksternal dengan Ketua Departemen Eksternal bernama Kak Gheady Wheland
- Ketua Divisi Ekstrakampus : Kak Sity Nindyana (13013109)
- Wakil Ketua Divisi Ekstrakampus : Kak Denny (13013021)
- Proker : 1. Himatek Visit
                2. Himatek Akbar
                3. Himatek Welcomes
                4. Database

POS 9 (Divisi IntraKampus)
- Berada di bawah naungan Departemen Eksternal dengan Ketua Departemen Eksternal bernama Kak Gheady Wheland
- Ketua Divisi Intrakampus : Kak Kharis (13013066)
- Wakil Ketua Divisi Intrakampus : Kak Ahmad Sadiq Amin
- Proker : 1. Himatek Partisipatif
                2. Himatek Ngobrol Asik
                3. Raja Labtek Biru
                4. Himatek Celebrate The Day

POS 10 (Ketua Himpunan)
- Berada di posisi tertinggi di organigram kepengurusan Himatek
- Ketua Himpunan 2016/2017 : Kak Dermawan  Prayoga (13013097)
- Sejarah Himatek : 
  Himatek didirikan pada tanggal 26 September 1952 oleh seorang pemberani dari China bernama Chang Soeit. ITB sendiri pada awalnya didirikan untuk memenuhi kebutuhan Belanda untuk menghasilkan lulusan yang mampu mengemban pabrik gula yang tersebar di seluruh Indonesia.
- Tujuan Himatek sebagai Harapan Chang :
  1. Ikut mengupayakan tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran ilmu dan teknologi kimi di Program Studi Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung
  2. Mengembangkan sikap profesionalisme mahasiswa Teknik Kimia sedini mungkin dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia melalui ragam aktivitas Himpunn yang menunjang program himpunan ke arah pembinaan profesi Teknik Kimia
  3. Memberikan corak bagi dinamika dunia kemahasiswaan di Indonesia dengan mempertahankan sikap kritis, rasional, terbuka, mental kepeloporan dan idealisme dalam menghadapi segala permasalahan bangsa dan negara.
- Budaya Himatek : Integritas, Apresasi, Standar yang tinggi, dan Kajian.
- Atribut Jaket Himpunan dan Makna : 
  1. Warna jaket hitam, berarti netral
  2. Di lengan kanan terdapat lambang HIMATEK-ITB, berarti menegaskan identitas Himatek ITB
  3. Dwi garis putih melambangkan profesionalisme dan harmonis
  4. Bentuk atribut oval menggambarkan suatu dunia
  5. Tulisan CHE berarti Chemical Engineering
  6. Lambang Ganesha berarti Himatek  ITB merupakan bagian dari ITB
  7. Warna emas pada CHE berarti ilmu yang berharga
  8. Tulisan CHE berbentuk pipa berarti keprofesian.

POS 11 (Kesekjenan)
- Sekjen : Kak Ryan B F (13013011)
- Fungsi : Menjaga sistem kesekretariatan
- Anggota dan Sistem :
  1. Kak Nisa (!3013091) sebagai Bendahara mengurusi Keuangan
  2. Kak Puput Cahyaning (13013103) sebagai Sekretaris mengurusi sistem pengarsipan dan dokum, hitam di atas putih
  3. Kak Karina Dewi (13013012) sebagai Manager Acara & Proses mengurusi sistem Penjadwalan
  4. Kak Unang sebagai Badan RT mengurusi sistem Inventaris
  5. Kak Marchell (13013013) sebagai Divisi Medkominfo mengurusi sistem Informasi

POS 12 (Badan Perwalian Anggota)
- Berada di bawah naungan naungan RA dan sejajar posisinya dengan BP dan Badan Senator
- Ketua BPA : Kak Afifa Husna (13013023)
- Proker : 1. Pemilu untuk memilih Ketua Himpunan dan Senator
                2. Mengadakan Rapat Anggota
- Kewajiban Anggota Himatek :
  1. Wajib membayar iuran rutin sebesar Rp 5000,00 per bulan
  2. Melaksanakan asas himpunan
  3. Melaksanakan AD/ART dan tunduk pada RA
  4. Berperan aktif dalam kegiatan himpunan, seperti mengikuti RA
- Hak Anggota Himatek : 
  1. Mengadakan kegiatan yang sifatnya membangun diri
  2. Membangun anggota BPA dan Ketua Himpunan
  3. Dipilih menjadi anggota BPA dan Ketua Himpunan
  4. Mencantumkan diri atau dipilih menjadi anggota Badan Pengurus
  5. Meminta diadakannya RA sesuai dengan ketentuan AD/ART
  6. Mendapat pelayanan yang sama dari fasilitas yang ada di himpunan
  7. Mengajukan saran dan pendapat kepada BP kapanpun dan dimanapun

POS 130 (Badan Senator)
- Posisi sejajar dengan BPA dan BP
- Senator Himatek ITB 2016/2017 : Kak  Azka Andhika L (13013059)
- Bidang Senator terbagi menjadi dua bagian yaitu Senator dan Tim Senator
-  Ketua Tim Senator L : Muhammad Amin Zaim (13014070)
- Proker : 1. Buletin Badan Senior
                2. Piket Senator

                




  

Senin, 08 Agustus 2016

Resume PPAB HIMATEK ITB 2016 Day 1

Pada hari Senin 8 Agustus 2016, kami para calon anggota HIMATEK (Himpunan  Mahasiswa Teknik Kimia) mengikuti rangkaian acara PPAB Day 1. Acara dimulai pada pukul 07.00 WIB di selasar TVST. Awalnya kami dikumpulkan dan diatur berbaris 12 banjar untuk selanjutnya dilakukan mobilisasi ke Labtek Biru dengan posisi barisan 18 banjar ke belakang dengan Danlap yaitu kak Ana sebagai pusatnya. PPAB kali ini diawali dengan cek spek yang dipimpin oleh Husni Radiyan (TK-084) dan Faqih Mualim (TK-022). Dalam cek spek kali ini lebih dari 50% tidak membawa spek secara lengkap dan harus dipisahkan dari barisan menuju ke tadis untuk kemudian dijelaskan konsekuensi kesalahan spek yang dilakukan. 

Setelah cek spek selesai, barisan kami dibagi menjadi bagian yaitu barisan untuk mahasiswa Teknik  Kimia, dan barisan satu lagi berisi mahasiswa Teknik Pangan serta Teknik Bioenergi dan Kemurgi. Selanjutnya masing-masing barisan tersebut dimobilisasi ke ruangan kelas untuk mengikuti seminar oleh staff pengajar yang berisi materi pembagian sub jurusan serta gambaran umum berkuliah di masing-masing program studi. Dalam seminar kali ini terdapat tiga narasumber yang berbicara di antaranya Bp I Dewa Gede Arsa  Putrawan selaku ketua prodi Teknik Kimia, Bapak Dwiwahju Sasongko selaku dosen pengajar prodi Teknik Kimia, dan Ibu Peni Pujiastuti selaku dosen pengajar sub jurusan Bioproses. Dalam seminar ini saya makin mengetahui secara lebih jelas mengenai masing-masing sub jurusan yang ada di TK, diantaranya Teknologi Kimia (TKU) dan Bioproses (BP). Selain itu banyak pesan yang disampaikan oeh masing-masing pembicara supaya selalu semangat menjalani perkuliahan di ITB khususnya jurusan Teknik Kimia.

Sekitar pukul 11.00 acara seminar telah selesai. Selanjutnya seluruh peserta PPAB dimobilisasi ke halaman Lab Pilot dan baris sesuai kelompok mentoring masing-masing dan selanjutnya dimobilisasi lagi ke wilayah mentoring masing-masing. Saya, kelompok 7 mentoring bersama Kak Nikita dan Kak Erick di selasar Oktagon. Di sana kami dijelaskan tentang mata kuliah yang nantinya akan kami ambil di semester 3 hingga 8. Mulai dari mata kuliah wajib, mata kuliah pilihan terpaket prodi, mata kuliah pilihan bebas prodi, hingga mata kuliah pilihan luar prodi. Kami juga dijelaskan tentang makul requirements, yaitu makul wajib yang berhubungan di tiap jenjang semester, dengan rincian sebagai berikut :
Semester 3 : Statistika Teknik Kimia & Kimia  Organik
Semester 4 : MPA (Metode Pengukuran dan Analisis)
Semester 5 : Labtek I
Semester 6 : Labtek II
Semester 7 : Penelitian I
Semester 8 : Penelitian II
Jadi, di antara mata kuliah wajib di atas diusahakan tidak boleh ada satupun yang mengulang. Karena jika mengulang satu makul, maka mahasiswa tersebut harus menerima konsekuensi kelulusan tidak tepat waktu.

Setelah mentoring selesai pada pukul 11.45, kami diberi waktu beristirahat sejenak untuk makan siang sesuai spek yang dibawa masing-masing peserta. Pada pukul 12.00 kami dimobilisasi ke lab Pilot untuk selanjutnya dimobilisasi kembali ke Masjid Batan untuk menjalankan sholat dzuhur bagi yang menjalankan.

Lalu, pada pukul 12:30 para peserta PPAB Himatek dimobilisasi ke ruang seminar dengan pemisahan mahasiswa TK dengan mahasiswa PG dan TB. Dalam seminar kali ini terdapat 4 pembicara, di ataranya Kak Samuel Zefanya (Ketua ITB In Move 2016) yang menjelaskan tentang rangkaian ITB In Move serta semangat berinovasi bagi mahasiswa, Kak Ibrahim Aji yang menjelaskan tentang Techno Preneurship, Kak Rhesa Avila Zainal (Ketua Himatek 2015/2016) yang menjelaskan tentang realitas bangsa Indonesia, dan terakhir ada Kak Muhammad Luthfi (Senator Himatek 2015/2016) yang menjelaskan tentang peran senator serta lembaga KM-ITB.

Setelah acara seminar selesai, peserta PPAB yang beragama Islam kembali dimobilisasi ke Masjid Batan untuk melaksanakan shalat Ashar. Dan setelah selesai, kami kembali menuju ke Lab Pilot untuk mengevaluasi dan mereview materi rangkaian PPAB hari ini. Namun sebelum itu, kami melakukan olahraga lari keliling ITB sambil menyanyikan lagu angkatan untuk membakar semangat peserta. Pada hari pertama ini ada banyak evaluasi yang disampaikan oleh panitia, di antaranya adalah peserta PPAB Himatek 2016 masih belum menunjukkan performa terbaiknya karena belum ada konfirmasi kehadiran yang jelas serta pergerakan PBB masih lambat. Selain itu pada saat seminar berlangsung, banyak peserta yang memainkan gadget ataupun tidur. Bahkan tugas-tugas yang diberikan pada hari Sabtu (6 Agustus 2016) juga belum terselesaikan dengan baik, misalnya tugas wawancara absorber, hanya 7 orang yang sudah melengkapi 150 wawancara sedangkan lainnya masih sangat kurang. Selain itu untuk tugas konsekuensi ketidakhadiran yang izin tidak sesuai SOP, banyak dari peserta yang belum mengerjakannya sesuai spesifikasi yang telah diberikan.

Namun, kami, peserta PPAB Himatek ITB 2016 berjanji untuk menunjukkan performa yang lebih baik pada interaksi selanjutnya dan tidak mengecewakan panitia yang telah merancang kegiatan dengan sebaik mungkin. Kami juga berupaya untuk saling mengikat para peserta supaya lebih muncul rasa kekeluargaan dari satu angkatan sehingga mampu berkolaborasi satu sama lain.

Selasa, 10 Mei 2016

Salam dari MABA

Tanggal 9 Mei 2016, hari yang menggemparkan seluruh siswa SMA kelas tiga. Entah bagaimanapun, tanggal itu benar-benar bersejarah bagi saya. Sekejap membawa kenangan setahun silam. Ya, saya tahu bagaimana rasanya menunggu detik-detik pengumuman yang tiba-tiba membuat sekujur tubuh kaku dan tangan tak henti-hentinya mengepal karena kedinginan walaupun cuaca sedang menyengat siang itu. Dengan berdebar kubuka situs snmptn.ac.id dan kumasukkan nomor pendaftaran serta tanggal lahir saya. Alhamdulillah semuanya berjalan mulus, saya diterima di salah satu kampus terbaik bangsa, bernama Institut Teknologi Bandung. Merupakan suatu anugerah dan penghargaan yang sangat besar bagi saya untuk bergabung dengan manusia-manusia jenius dari seluruh penjuru kota maupun desa yang disatukan dalam sebuah kampus Ganesha. Tak henti-hentinya saya mengucapkan syukur kepada Sang Maha Kuasa.

Namun, yang sedikit mengganjal adalah banyak orang menanyakan, "Mbak Malikah kok nggak ambil kedokteran?", "Mal teknik keras lho", "Mbak tadi ketrima dimana? FTI? Itu apa? Oh Teknik Industri ya?", "Bandung jauh lho Mal nanti kamu pasti nangis terus", "Di sana pergaulannya serem padahal", "Masakannya pedes-pedes nggak ada yang manis nanti kamu nggak kerasan lho", "Kok cewek masuk teknik? Mau kerja di pabrik/perusahaan? Anaknya nggak keurus lho, Mal." Pokoknya macam-macam komentar dari orang-orang ketika tahu saya diterima di  FTI ITB. Baik, saya akan menjelaskan satu demi satu.

Yang pertama, FTI itu Fakultas Teknologi Industri, hehe, bukan Teknik Industri. Nah jadi untuk yang belum tahu infonya, di ITB ini ada sistem TPB alias Tahap Persiapan Bersama yang masih dibagi per fakultas, bukan per jurusan. Nah kalau saya masuknya di Fakultas Teknologi Industri, dan di semester 3 nanti mulai dibagi menjadi 6 jurusan yaitu : Teknik Kimia, Teknik Fisika, Teknik Industri, Manajemen Rekayasa Industri, Bioenergi dan Kemurgi, serta Teknik Pangan. Di fakultas ini, saya bertemu dengan segala macam manusia. Yang hobinya tidur di kelas tapi nilainya sempurna, ada. Yang tiap hari ngambis ke perpus, ada. Yang sukanya jualan makanan di kelas, ada. Yang nggak pernah mandi tiap kuliah, ada. Yang pinter tapi anti sosial, ada. Yang sukanya duduk di deret paling depan, ada. Yang tiap hari telat, juga ada. Semuanya ada di sini. Saya sangat bersyukur bisa berteman dengan mereka. Saya bersyukur menjadi bagian dari angkatan FTI 2015! :)

Kedua, alasan saya untuk tidak masuk kedokteran. Dulu sempat bimbang saat mengisi entri perkuliahan. Sejak SMA kelas X, Ayah saya selalu berpesan, "Dek, kamu itu cocoknya di kedokteran karna kamu mudah berkomunikasi dengan orang-orang, kamu suka anak kecil, dan kamu nggak tegaan...". Tapi, saya tidak menyukai pelajaran biologi. Apalagi saya takut sekali dengan darah, bisa gemetaran saya lihatnya, Akhirnya semua keluh kesah itu saya ceritakan ke guru BK. Beliau bilang "Ayah kamu benar. Tapi kalau kamu merasa itu bukan jalanmu, cari sampai ketemu. Kamu suka di teknik? Tidak masalah. Asal kamu suka dan merasa nyaman, kenapa tidak?". Saya sempat mencoba untuk menyukai pelajaran biologi dan mencoba berani saat melihat darah dan segala macam hal yang menjijikkan di dunia kedokteran. Namun, semuanya sia-sia. Saya merasa tidak ditakdirkan untuk menjadi seorang dokter. Akhirnya saya kukuh dengan pilihan saya sejak kelas dua SMP dulu, yaitu Teknik Kimia. Aamiin. Oh iya, saat mengisi entri di SNMPTN dulu saya menangis sejadi-jadinya siang serta malam. Galau tidak karuan antara mengikuti kata orang tua atau kata hati. Namun alhamdulillah setelah shalat istikharah saya mendapatkan titik terang dan sampailah saya di Institut ini.

Oh iya karena banyak teman-teman serta adek kelas yang menanyakan perihal perkuliahan di sini, saya ingin membeberkan semuanya, Ya, kuliah di perteknikan memang keras karena kami dituntut untuk memberikan pemikiran terbaik yang kami punya. Selain itu karena memang kebanyakan lulusan dari mahasiswa ITB bekerja di lapangan seperti perusahaan, pabrik, dan lain-lain. Intinya terjun langsung di kehidupan yang cukup keras nantinya. Tapi di sinilah saya belajar banyak hal. Saya mulai keluar dari comfort zone saya untuk terbiasa dengan hal-hal perkuliahan yang sangat jauh berbeda ketimbang dunia SMA. Saya belajar menjadi mahasiswa, seorang siswa dengan segala ke"maha"annya. Seorang siswa yang dituntut lebih. Seorang siswa yang sudah mulai ikut campur urusan bangsa. Seorang siswa yang mulai dipaksa dewasa pemikirannya serta lebih besar jiwa kemandiriannya. Tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa. Semuanya membutuhkan proses yang tak begitu saja berhasil. Di sini saya mulai memahami arti kegagalan yang justru memacu semangat dan gairah saya untuk memperbaikinya. Dan di sini saya mulai merasa ilmu yang saya punya sangat sangat sangat sedikit. Saya harus banyak belajar dan membaca untuk memperoleh pengetahuan dari manapun, siapapun, kapanpun, dan dimanapun.

Kalau masalah prospek kerja, FTI ini sangat banyak peluangnya karena sangat banyak inovasi yang lahir dari pemikiran mahasiswa mahasiswinya. Di Teknik Kimia, kita akan belajar tentang proses dari bahan mentah menjadi sesuatu yang bernilai namun tetap merujuk pada keekonomisannya. Prospeknya sangat luas, bisa bekerja di perusahaan minyak, makanan, kosmetik, mineral, bahan bakar, tekstil, farmasi, dan masih banyak lagi. Di Teknik Fisika, kita akan belajar tentang pengaplikasian ilmu fisika yang telah kita pelajari. Misalnya memanfaatkan sinyal gelombang otak sebagai pengatur gerak kursi roda, pemanfaatan sinyal laser, pengaturan lighting, pembuatan angklung yang digerakkan oleh robot, instrumentasi, otomasi, dan lain-lain. Di Teknik Industri, mahasiswa akan belajar untuk mengintegrasi manusia serta mesin secara holistik. Dan di Manajemen Rekayasa Industri, mahasiswa akan mempelajari tentang desain dan marketing. Intinya semua jurusan di FTI saling berhubungan satu sama lain dan akan saling membutuhkan di dunia kerja nantinya.

Kalau saya sendiri sih pengennya jadi dosen, biar anak sama suaminya keurus, hehe. Kalau jadi wanita kantoran atau bekerja di perusahaan takutnya berangkat pagi pulang malam. Diam-diam saya ini mengamati teman-teman SMA saya yang latar belakang orang tuanya berbeda. Tak sedikit yang kurang perhatian karena memang hanya sedikit waktu yang ada bagi mereka untuk bertemu orang tuanya setiap hari. Saya tidak ingin menjadi ibu yang seperti itu. Anak adalah titipan, jadi harus dijaga dan diasuh dengan sebaik-baiknya.

Nah kalau masalah kuliahnya di Bandung yang katanya jauh, pergaulannya nggak bener, apa-apa mahal, dan segala hal yang dikhawatirkan, eits jangan salah. Selama dua semester saya kuliah, benar-benar merasa nyaman hidup di kota kembang yang lebih dingin dibandingkan di Solo ataupun Gemolong. Bahkan masyarakat di sini ternyata sangat ramah. Ketika saya keluar dari kos dan menuju ke kampus, saya selalu disapa dengan senyum oleh ibu-ibu yang sedang berbelanja di tukang sayur keliling, ataupun sedang menggendong dan menyuapi makanan untuk bayi kecilnya. Pemandangan tiap pagi juga diisi dengan seorang ayah yang memboncengkan anaknya ke sekolah. Semua itu mengembalikan memori saya tentang kehidupan masa kecil. Terkadang saya meneteskan air mata yang dengan cepat saya usap dan dengan tetap tegar berjalan riang menuju kampus.

Di kampus ini, saya juga mengikuti pengabdian desa sehingga saya bisa terjun langsung ke masyarakat. Misalnya, pada tanggal 5 Maret lalu, Gamifti (Keluarga Mahasiswa Islam FTI) mengadakan kunjungan ke SLB Cicendo. Di sana, kami bertemu dengan anak-anak yang mengalami disabilitas, yaitu tunarungu. Walaupun begitu, mereka tetap tersenyum dan membuat kami semua dengan penuh haru mensyukuri segala hal yang telah kami punya. Saat ditanya cita-citanya jadi apa, mereka menulis "Saya ingin menjadi orang sukses", "Saya ingin membahagiakan orang-tua", "Saya ingin bekerja untuk keluarga saya", dan masih banyak lagi. Saya jadi ingat salah satu ayat yang diulang-ulang di Surah Ar-Rahman : "Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?". Lalu pada tanggal 10 April, tim Mozaik melakukan pengabdian desa di salah satu desa Sekejolang Ciburial Cimenyan, Bandung. Di sana kami berkenalan dengan warga sekitar serta bermain dengan anak-anak kecil. Alhamdulillah.

Oh iya ada satu hal lagi yang saya suka dari ITB. Saya tetap masih bisa menggeluti hobi saya, karena kampus ini menyediakan piano di Gedung SR, dan juga di Kresna (depan Gedung SBM). Kalau lagi jenuh saya biasanya mampir buat main piano di Gedung SR, karena suasananya sangat sunyi. 

Mm kalau ngomongin soal makanan, makanan di Bandung enak-enak lho ternyata. Dan harganya masih cukup bersahabat dengan kondisi kantong mahasiswa. Kalau makanan favorit saya tetep jatuh pada kuro-kuro, mi aceh, serta bubur kacang ijo yang tiap pagi selalu memanggil pelanggannya dengan memukul-mukul mangkok bergambar ayam jago. Kalau sudah bosan dan malas keluar kosan, saya mencoba resep masakan di tumblr. Ya lumayan lah, saya sudah bisa memasak martabak manis, kwetiaw, sup, cilok, dan banyak lagi. Hitung-hitung sekalian pemantasan diri *eh*.

Nah, ternyata merantau di kota orang tak seburuk yang dibayangkan, kan? Tergantung diri kita masing-masing. Kalau kita masih bisa bersyukur dan mengambil sisi baiknya, insya Allah segalanya akan dilancarkan oleh Allah. Aamiin. Dan yang paling penting jadilah dewasa, dimanapun kamu berada. Walaupun jauh dari orang tua, kita tetap harus selalu mengawasi diri kita sendiri. Dan oh iya, jangan lupa telfon orang tua secara berkala ya buat kamu yang sedang merantau! Rindu, pasti :)

Salam rindu,
Maba ITB 2015,
Malikah.



Sabtu, 08 Juni 2013

Akhirnya, jadi anak SMA!

Hi everyone!
Hari ini aku mau cerita tentang hasil UN yang diumumkan tanggal 1 Juni kemarin nih.

Yaa setelah 4 hari mengerjakan 180 soal ; 50 soal Bahasa Indonesia, 40 soal Matematika, 50 soal Bahasa Inggris, dan 40 soal IPA akhirnya aku sudah sedikit lega. Setelah sebelumnya aku belajar ekstra untuk 4 mapel itu, kini aku sudah merasa beban itu sudah hilang. Ya, belajar 3 tahun selama ini  di jenjang SMP akan ditentukan dengan 4 hari tersebut.

Saat aku mengerjakan soal pada hari pertama, yaitu Bahasa Indonesia, aku memang merasakan sesuatu yang beda. Ya, saat belajar di rumah aku memang belajar soal UN Bahasa Indonesia tahun kemarin. Dan ini, sedikit lebih susah. Ya, UN tahun ini bobot kesulitannya ditambah 10%. Wah wah, apalagi ditambah dengan 20 paket soal yang mana setiap siswa mengerjakan soal yang masing masing tak akan ada yang sama. Okelah, kukerjakan soal ini semampuku. Mari berperang!

Hari kedua, hari ketiga dan hari keempat telah selesai. Legaaaa. Tinggal menunggu pengumuman UN tanggal 1 Juni. Hmm, waktu yang lumayan lama ya.
Setelah UN selesai dan lega terasa, kini datang suatu yang mungkin bisa dikatakan cobaan atau apalah. Tanggal 23 Mei, sekolahku, SMPN 1 Gemolong berulang tahun yang ke-40. Dan ternyata, kelas 9 juga diharuskan berpartisipasi dalam hal ini. Banyak sekali kegiatannya. Mulai dari karnaval, lomba per kelas, sampai pada puncak hari H. Okelah kita mengikutinya.


Menunggu hari dari tanggal 25 April sampai dengan 1 Juni bukanlah waktu yang singkat. Selain mempersiapkan kegiatan untuk Ulang Tahun sekolahku, aku juga akan mempersiapkan untuk masuk SMA. Selama ini aku sudah punya impian untuk bersekolah di SMAN 1 Surakarta. Dan ya, sebentar lagi SMA tersebut akan membuka kelas Akselerasi. Aku tidak tertarik awalnya. Tapi, tiba tiba benakku berbisik "Mengapa aku tidak mendaftar saja?". Ada yang mengatakan bahwa masuk aksel itu akan mudah masuk PTN, pelayanannya pun lebih dari kelas regular. Namun yang pasti aku mendaftar karena mutunya yang memang bagus. Dan akhirnya aku mendaftar. Ternyata banyak sekali yang mendaftar, sekitar 320 siswa dan hanya akan diambil 60 siswa. Wah banyak sekali saingannya!

Setelah mendaftar, tanggal 13-16 Mei aku harus mengikuti beberapa tes yang harus aku jalani. Ada tes Tes Potensi Akademik dan Matematika pada tanggal 13, Tes IPA dan Bahasa Inggris pada tanggal 14, Tes Psikologi pada tanggal 15, dan Tes Wawancara pada tanggal 16.
Setelah semuanya selesai, aku merasa lega kembali seperti lega saat menyelesaikan UN pada hari terakhir. Kini aku tinggal menunggu hasilnya pada tanggal 4 Juni 2013. Menunggu, menunggu dan menunggu. Semoga berhasil! 'v')/


Sembari menunggu hasil UN dan hasil Akselerasi, aku mendapat beberapa pendapat dari banyak orang. Mulai dari keluargaku, kakak kelasku, teman teman, dan masih banyak lagi. Ada yang bilang "Akselerasi itu nggak berat kok, asalkan kamu niat dan rajin, pasti kamu bisa!". Ada juga yang bilang "Hah aksel? Berat itu, nanti kamu kecil ikut aksel tambah kecil lho!". Dan ada juga yang bilang "Aksel? Mau cepet lulus ya?". Dan masih banyak lagi yang mengatakan sesuatu yang membuat niat lurus ini menjadi simpang siur. Namun kuteguhkan hati ini untuk tetap mantap!

Akhirnya, 1 Juni pun datang. Gugup, nerveous, senang, semuanya campur aduk dalam hati. Pengumuman UN akan diadakan pukul 3 sore. Sepertinya ini curang, daerah lain sudah diumumkan pagi tadi, mengapa tidak dengan di sini? Ternyata memang ini sudah aturan dari pemerintah pusat. Aku berangkat setengah 3 dari rumah. Sampai sekolah sudah ramai teman temanku lalu lalang di halaman. Dah oh iya, ada temanku, namanya Rima, dia sudah tahu hasil UN pada tanggal 31 Mei dan dia tidak memberi tahu seorang pun, wah -__-
Baiklah kita menunggu pukul 3 sore, aku pergi ke BK. Di sana aku bercakap dengan guru BK di sekolahku.


"Malikah sudah tahu nilaimu per mapel?"

"Belum."

"Oh ini lho nilaimu per mapel. Sini dilihat."

"Wah hehe terima kasih."

"Loh kamu sudah tau kan sebelumnya?"

"Belum hehe"

"Waduh saya keceplosan ini, yasudah", sembari menutup map berisi nilai itu.

Aku tidak melihat dengan pasti berapa nilaiku tadi. Ah lupakanlah, nanti juga akan tahu sendiri. Kemudian aku keluar dari BK. Sebenarnya aku ke sana ingin mengadu sustain keyboardku yang hilang saat Ulang Tahun Sekolah. Namun aku malah diberi tahu nilaiku.

"Ngapain kah senyum senyum sendiri?", tanya beberapa temanku.

"Ndak papa kok hehe".

Setelah waktu menunjukkan pukul setengah 4, aku dan beberapa teman 9E menuju ke kelas yang digunakan untuk membagikan hasil UN kelas 9E, di sana sudah banyak sekali wali murid yang hadir. Pak Wakimin, selaku wali kelasku, kemudian membuka acara dan mengucapkan "Untuk UN Tahun 2013, kelas 9E dinyatakan lulus 100%!". Semua bersorak gembira.

Dan kita pun langsung menuju ke halaman sekolah. Kepala Sekolahku membuka dengan ucapan salam dan pembukaan. Setelah itu beliau mengatakan bahwa murid SMPN 1 Gemolong lulus 100%. Semua berteriak kemenangan. Dan kemudian mr.Wi melanjutkan dengan membacakan pengumuman peringkat 10 besar paralel.

"Peringkat 1 diraih oleh Malikah Najibah dari kelas 9E, peringkat 2 oleh Anis Yuliana Kusumaningrum dari kelas 9E, peringkat 3 oleh Wildan Chairuzzein dari kelas 9E, peringkat 4 oleh Hafidz Firmansyah dari kelas 9E, peringkat 5 oleh  Fifit Indriyantari dari kelas 9G, peringkat 6 oleh Sofia Nur Kamalita dari kelas 9G, peringkat 7 oleh Muh. Hanif Nur Falah dari kelas 9G, peringkat 8 oleh Khoiriyah Setyo Wardhani dari kelas 9G, dan peringkat 10 diraih oleh 4 orang yaitu Nada Sausan Zahirah dari kelas 9E, Muhamaad Ridwan Arifin dari kelas 9E, Berliana Nur Azizah dari kelas 9F dan Andika Putri Ratnasari dari kelas 9G..."

Wah betapa senangnya! Akhirnya aku bisa mengalahkan saingan terberatku yaitu Anis dan Wildan, hihi ^^ Alhamdulillah, ucapan syukur tak henti hentinya keluar dari mulut ini. Terima kasih ya Allah! :)

Sampai di rumah banyak sekali yang mengucapkan selamat, mulai dari keluarga, teman teman, tetangga, adik kelas, kakak kelas. Wah darimana mereka tau? Bahkan tetanggaku yang berumur 5 tahun pun mengucapkan selamat kepadaku :D

Hari Senin, aku sudah punya agenda untuk mengirimkan nilai UN ke SMAN 1 Surakarta untuk persyaratan terakhir dalam tes Kelas Akselerasi. Jam 9 aku berangkat dari Gemolong. Sesampainya di Smansa kuserahkan SKHUN asliku. Setelah selesai, kami pulang. Kata salah satu guru di sana, pengumuman akan diumumkan hari Selasa malam. Wah deg degan sekali ini.

Pada hari Selasa pukul 9 malam aku mencoba membuka website Smansa, dan sepertinya jaringan error, aku tak bsa membukanya. Kemudian hpku bergetar. Ada salah seorang temanku yang memberitahu bahwa aku masuk! Kyaaa!! Aku sedikit belum yakin kalau belum melihat hasilnya sendiri. Dan akhirnya bisa juga kudownload hasilnya. Benar saja, disana terpampang namaku. Senangnya! Dari SMPku hanya 2 orang yang diterima yaitu aku dan Anis. Wah wah. Malamnya aku tak bisa tidur dan akhirnya aku terlelap pukul 01:00 pagi. Entah ini terlalu senang atau apa. Alhamdulillah!

Yah aku senang sekali akhirnya selesai juga masa masa SMP dan sekarang aku telah menjadi anak SMA. Akhirnya. Walaupun banyak sekali yang bilang "Kamu nggak cocok menjadi anak SMA, kamu cocoknya menjadi anak SD..." -_- Haha abaikan, itu hanyalah ejekan ringan. Yang pasti aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, bapak ibu guru yang selalu membimbingku, orang tua yang selalu memotivasi, teman teman yang selalu mendorongku. Terima kasih kalian semuaaa. Aku bersyukur berada di antara orang orang baik seperti kalian {} And the last one, thank you very much to all people who had visiting my blog. Keep visiting! See ya at another story! =)

Jumat, 05 April 2013

Playing Piano!


Hai guys
Kali ini aku mau cerita tentang hobiku yang satu ini. taraaaaa, yaps. playing piano! Jadi aku mau cerita tentang proses proses kenapa aku bisa main alat musik satu ini. simak yaa.

Ini berawal dari alat musik yang dibelikan oleh orang tuaku waktu TK dulu. Semacam umm campuran antara keyboard dan pianika. Dibilang keyboard enggak, dibilang pianika juga enggak. Jadi ini alat musik yang ukurannnya kira kira 1 meter. Tutsnya kecil kecil, ada kira kira 3 oktaf nada, dan disediakan microfon kecil yang berfungsi layaknya microfon pada umumnya. Aku sering nyoba nada nada sederhana. Kadang menyanyi pakai microfon. Asyik! Tapi beberapa hari kemudian, microfon itu dirusakkan oleh seseorang *nggak perlu disebutkan siapa* dan akhirnya aku males pakai alat musik ini lagi!

Dan konon cerita, waktu aku TK aku pernah ikut marching band di sekolahku, aku memegang drum. Iya drum! Coba bayangkan anak lima tahun yang kecil ini megang drum yang ukurannya lumayanlah, kasihan sekali ya? :") Sebagai balita yang wajar, karena keyboard kecilku rusak, aku mencoba move on dari keyboard ke drum ini. Dan sepertinya orang tuaku mengerti bagaimana keadaanku, aku dibelikan alat musik serupa dengan drum namun versi kecil. Di rumah bisa latihan, yey! \(^^)/

Kemudikan saat aku menginjak kelas 2, dan pada saat itu kakak perempuanku kelas 5, dia mengikuti marching band di sekolah dan dia memegang pianika. Jadi ya otomatis di rumah, ada sebuah pianika. Aku yang sudah lupa dengan peristiwa waktu TK, mulai menjamahnya kembali. Ya lumayanlah bisa main lagu "Ibu Kita Kartini", "Twinkle Twinkle Little Star" dan lagu sederhana lainnya. Aku latihan kalau mood sedang terkumpul dan lumayan juga, setiap hari para tetangga bakalan denger lagu Ibu Kita Kartini dengan volume yang keras banget dan dimainkan berulang ulang. Semoga terhibur ya wahai tetangga ._.v

Selanjutnya, saat aku kelas 4, aku ikut marching band club di sekolah. Di sana aku megang pianika. Yeah banyak lagu lagu baru yang aku kenal, beruntung banget! Sewaktu mengikuti marching band di sekolahku aku bisa belajar not lagu "Payung Fantasi", "Indonesia Jaya", lagu pop, dan lagu lagu lainnya. Jadi para tetangga mulai mendengar lagu baru, dan itu bukan lagu Ibu Kita Kartini lagi, hehe.

Di saat yang sama, yaitu kelas 4, aku mengikuti Lomba Paduan Suara bersama kakak kakak kelas 5. Kita latihan di rumah Eyang Tarto dan Eyang Titik. Ya di sinilah aku mulai mengenal keyboard lebih jauh. Awalnya aku hanya melihat kakak kelasku, Mbak Mirtha yang bisa main keyboard. Aku iseng lihat caranya bermain. Iseng sebenernya. Tiba tiba Eyang Titik bertanya, "Malikah pengen bisa main keyboard juga? Boleh boleh. Nanti setelah lombanya selesai, main ke sini ya latihan sama Eyang...". Dan aku mengangguk saja.

Setelah lomba selesai, aku mulai ke rumah Eyang Tarto dan Eyang Titik untuk latihan keyboard. Di sana diajarkan lagu lagu sederhana dan kemudian diajarkan lagu lagu yang lumayan berat saat itu. Karena di saat inilah aku pertama kali tau tentang chord. Waktu itu hanya bisa memainkan chord C, G dan F. Dengan pergerakan tangan yang belum terlalu lihai, aku bisa memainkan lagu "Mother How Are You Today", "Kelinciku", dan lain lainnya. Saat inilah aku belajar bagaimana untuk fokus, karena bermain dengan dua tangan ternyata tidak mudah. Butuh konsentrasi yang sangat tinggi.

Dan mulai kelas lima, orang tuaku membelikanku alat musik keyboard sesungguhnya. Iya, maksudnya tidak seperti jaman TK dulu, hehe. Aku dibelikan, dan mulai saat itu omku mengajarkanku tentang walking chord. Karena selama ini memang aku menggunakan chord blok yang monoton sekali. Oke aku mencoba. Aku mencoba lagu Mother How Are You Today dengan walking chord. Ini susah, susah sekali! Aku mencoba, gagal, mencoba. Karena itu hari libur, aku berlatih dari pagi sampai siang hampir sore. Iya demi ini. Dan aku bisa. Akhirnya!

Setelah itu saat latihan di rumah Eyang Tarto dan Eyang Titik, aku mencoba metode walking chord dari omku tadi dan Eyang bilang ini hebat. Aku jadi semakin semangat untuk latihan. Kini aku mulai bisa bermain keyboard dengan bernyanyi. Aku suka ini semua. Dan semenjak itu, aku jadi sering diikutkan ke acara acara oleh Eyang Tarto dan Eyang Titik. Seperti acara perpisahan sekolah, perayaan hari PGRI, perayaan hari PKK, penyambutan Camat, dan lain lain. Aku senang sekali :)

Setelah lulus SD aku mulai jarang mengunjungi Eyang Tarto dan Eyang Titik. Aku berlatih sendiri di rumah. Dan hasilnya, aku bisa bermain "Fur Elise", "Minuet", dan lain lain. Kemudian aku merengek ke ibuku ingin les keyboard, dan benar saja, aku didaftarkan ke Purwacaraka. Di sana aku bertemu dengan guru pengajarku, namanya, sebut saja pak JP.

Pertama kali aku les di Purwacaraka, diajaknya aku oleh pak JP ke ruangan untuk les keyboard, Ia bertanya, "Dek, bisa lagu apa aja? Coba dimainkan, sebisanya."

Lalu aku coba lagu lagu yang aku pelajari di rumah. Dan Pak JP bertanya lagi. "Loh ini musik piano klasik lho. Kamu belajar dari siapa?"

Aku ceritakan semuanya, dan Ia bertanya lagi, "Jadi Eyang ngajarin kamu lagu klasik?"

"Saya belajar keyboard dari beliau, kemudian saya mencoba lagu lagu ini di rumah.", kataku.

Katanya, jarang jarang ada anak sepertiku. "Loh kamu nggak boleh les di keyboard ini. Minggu depan kamu harus saya pindah ke kelas piano. Jarang jarang lho ada anak yang mau belajar sendiri, biasanya ikut les hanya karena disuruh orang tuanya, padahal anaknya sendiri nggak berminat. Kamu harus bersyukur sama Tuhan, kamu dikasih potensi yang nggak semua orang punya", ucapnya panjang lebar padaku.

Ya aku merasa senang atas ucapannya. Menurutku itu sangat mendorongku untuk menjadi lebih baik lagi. Dan yaa akhirnya minggu selanjutnya aku mengikuti kelas piano pop. Ternyata piano berbeda sekali dengan keyboard, tutsnya yang sangat berat kadang membuat jari jari kecilku ini tidak kuat menahannya. Dan di alat musik yang ini, aku belajar bagaimana aku menginjak pedal agar nada yang kutekan bisa menghasilkan nada yang panjang, ini memerlukan konsentrasi lebih daripada bermain keyboard. Aku senang karena Pak JP sering memberi contoh contoh lagu yang hebat menurutku.

Di sinilah aku mengenal lagu lagu baru, yang hebat. Mulai dari lagu pop yang dimainkan sedemikian rupa, lagu Jazz seperti "You Are My Sunshine", "Around The World", Lagu jenis Swing Ballad Cocktail Style, Jenis Simple Notes seperti "Yellow Circle", "The Midnight Moon", "Two Sharp", dan masih banyak lagi.

Dan oh iya, dari sinilah aku benar benar mengerti tentang not balok yang lumayan rumit. Mengerti tentang Akor empat nada, akor lima nada, akor diminished, dan masih banyak lagi. Aku belajar banyak hal tentang apa yang aku tidak ketahui sebelumnya, tentang musik.

Nah itulah sedikit ceritaku, untuk kalian semua yang ingin belajar tentang musik, kalian pasti bisa, asalkan kalian totalitas untuk hal itu. Dan selanjutnya, terima kasih sebesar besarnya kepada Eyang Tarto dan Eyang Titik yang telah menemukan potensiku untuk pertama kalinya, orang tuaku yang selalu memberikan fasilitas dan semangat untuk semua ini, guru marching bandku, pak JP yang telah mengembangkan potensi musikku, dan semua orang yang telah membantuku mengenal musik sejauh ini. Dan yang terakhir, terima kasih kepada seluruh visiter blogku, selalu kunjungi blogku ya. G'bye see ya soon at the another story :")